Relevansi Ruang Tamu di Era Milenial

Di era sekarang, tampaknya terdapat pergeseran pada tren desain interior dari sebuah hunian. Arsitektur rumah jadi lebih fleksibel dan individualistis untuk mengakomodasi gaya hidup dan kebutuhan ruang masyarakat yang beragam. Akibat adaptasi ini, ruang tamu pada tipologi hunian perlahan terancam punah. Banyak yang menegaskan ruang tamu lebih baik dialihkan menjadi ruang keluarga, atau ruang lain yang didedikasikan untuk relaksasi dan rekreasi. Sementara yang lain mengklaim ruang tamu hanya membuang-buang ruang dan uang.

Demikian itu, pergeseran ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah sebuah rumah masih membutuhkan ruang tamu? Lantas, haruskah kita masih mempertahankan sebagian area rumah untuk sebuah ruang tamu?

TO KEEP
Ruang tamu adalah ruang paling sosial di hampir semua rumah. Lebih lanjut, untuk keluarga dengan anak kecil sering digunakan sebagai ruang bermain juga. Dengan alasan ini, bagi sebagian orang ruang tamu menjadi penting karena merupakan tempat bagi tamu dan keluarga untuk berkumpul dan menikmati waktu luang. Ada banyak keuntungan mengadakan pertemuan di area ruang tamu tanpa harus pindah ke area lain di rumah. Ada lebih banyak kenyamanan saat menjamu tamu sepantasnya di ruang tamu.

Beberapa orang masih percaya bahwa ruang tamu bisa dibilang salah satu ruangan terpenting di rumah. Bagi mereka, kebanyakan orang menghabiskan lebih banyak waktu secara tidak proporsional di ruang tamu daripada ruang lainnya, sebab di sinilah tempat penghuni rumah bertemu kenalan dan menampilkan dirinya ke dunia luar. Sehingga, ruang tamu seringnya ditata dengan baik, memiliki tepi langit-langit yang rumit, perabotan mahal, lemari porselen, dan lampu gantung besar. Orang sering kali memajang karya seni dan perabotan terbaik di ruang tamu mereka, termasuk barang-barang yang mewakili bagaimana mereka ingin orang lain menganggap mereka sebagai pemilik rumah. Misalnya, lukisan, pusaka keluarga, barang perak, atau foto keluarga. Karena berhias dan mahal untuk dibangun, barang-barang tersebut dianggap sebagai simbol kekayaan. 

Lebih dari sekadar ruangan untuk menampung meja dan kursi, tidak dipungkiri ruang tamu seringkali masih menjadi tempat berkumpul. Sehingga, bisa dikatakan, ruang tamu ibarat ‘wajah’ pemilik rumah. Harus ditata dengan desain sebaik mungkin untuk menyambut tamu yang datang. Pada akhirnya, ruang tamu didesain untuk menghormati dan menjamu tamu yang berkunjung ke rumah dengan sebaik-baiknya.

NOT TO KEEP
Di era sekarang, kaum milenial dikatakan telah menghilangkan kebutuhan akan ruang tamu. Hal ini dikarenakan adanya beberapa perubahan gaya hidup dan budaya di antara generasi milenial. Salah satu dari banyak alasan mengapa ruang tamu tidak lagi diperlukan adalah kenyataan bahwa di beberapa daerah, sejumlah hunian memiliki harga yang sangat tinggi dan adanya pembatasan penggunaan lahan, yang memaksa arsitek interior untuk menghapus beberapa ruang di rumah, salah satunya ruang tamu. 

Kebanyakan orang sekarang fokus pada kenyamanan dan fungsionalitas daripada formalitas. Generasi saat ini kebanyakan menghabiskan sebagian besar waktu mereka secara daring untuk membangun koneksi dan relasi. Itulah sebabnya mereka merasa bahwa memiliki ruang tamu yang didedikasikan untuk sosialisasi tidak sesuai dengan kesibukan mereka saat ini. Mereka menganggap, kamar tidur sudah cukup. Sedangkan untuk bersosialisasi, mereka lebih memilih melakukannya di luar rumah.

Dari segi interior, sejumlah besar penduduk mulai memilih area ruang tamu, ruang keluarga atau ruang makan terbuka di mana semuanya digunakan multifungsi. Di banyak rumah saat ini, satu ruang terbuka dimanfaatkan untuk banyak hal: ruang makan untuk keluarga, ruang untuk menerima tamu, sekaligus ruang berkumpul dan bersantai. Karena biaya konstruksi terus meningkat, konsumen harus benar-benar memprioritaskan ruang yang mereka butuhkan dan inginkan di rumah mereka. Dan sebagian besar konsumen memilih untuk membelanjakan uang untuk area yang paling sering mereka gunakan. Ruang tamu tidak lagi ada di daftar prioritas tersebut. Dengan meniadakan ruang tamu di rumah, sisa tanah dari rumah dianggap akan jadi lebih banyak. Hal ini bisa difungsikan untuk ruangan lain yang lebih fungsional dan serbaguna. Dana untuk membeli sofa, karpet, lampu, hiasan dinding, dan segala pernak-pernik ruang tamu lainnya bisa dialokasikan untuk hal lain.

Kalaupun pada akhirnya tidak bisa dipungkiri sebuah rumah tetap akan kedatangan tamu, sebagian orang menganggap lebih baik menyambut mereka di teras saja. Hal ini kembali lagi pada gaya hidup generasi milenial yang lebih mengedepankan privasi akan ruang personal mereka di rumah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top